Mengenal Jati Diri Dari Inner Child

 

Inner Child


Apa sih yang Anda pikirkan ketika mendengar inner child? Kalau dalam Bahasa Inggris maka inner child ada hubungannya dengan masa kecil. Menurut buku Luka Performa Bahagia halaman 139, Inner Child adalah sebuah konstruksi mental serta akumulasi dari pengalaman masa kecil. Inner child sendiri bisa digunakan untuk tujuan yang berguna sperti menyembuhkan luka batin, berdamai dengan masa lalu dan juga mengembangkan cinta di dalam diri (Adi Prayuda).

Terkadang manusia sulit untuk move on dari kenangan masa lalu dikarenakan ada sebuah pengalaman masa kecil yang membekas di hati dan sulit untuk dihilangkan bahkan sampai dewasa. Kenangan masa kecil tidak selalu segala sesuatu yang berhubungan dengan penderitaan. Masa kecil yang bahagia pun bisa menjadi kenangan dan ketika dewasa kita terlalu sulit untuk melupakannya bisa menjadi inner child yang justru mengganggu kehidupan sekarang.

Sisi kepribadian individu tersebut terdiri dari dua hal sedih dan senang sehingga ketika dewasa bisa saja seseorang gagal move on karena kejadian atau peristiwa yang membekas semasa kecilnya. Rentang usianya pun bermacam-macam tergantung dari individu yang mengalaminya.

Pembahasan mengenai inner child ini merupakan satu dari sekian isu mental health yang sedang marak beberapa tahun belakangan ini. Saya pun sebenarnya sudah lama tertarik dengan pembahasan mental health namun masih bingung nih harus mencari wadah komunitas yang seperti apa. 

Sampai akhirnya ketika saya terjun ke dunia blogger dan tergabung di banyak grup komunitas blogger, tak sengaja saya membaca woro-woro dari Mba Wiwin Pratiwanggini selaku salah seorang pengurus SEO MOMS bahwa sedang ada program Innerchild Healing Ambassador bagi para blogger yang akan diselenggarakan dalam bentuk webinar secara marathon setiap minggunya mulai tanggal 15 Agustus 2021 bersama komunitas Ruang Pulih.

Innerchild Healing ini diselenggarakan oleh Ruang Pulih bersama Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dan juga Komunitas SEO Moms. Kesehatan mental untuk saya pribadi sangat bagus untuk diikuti oleh semua orang apalagi di era yang serba terbuka dan hampir tidak ada ruang privacy bagi seseorang.

Mengapa sih saya tertarik dengan isu kesehatan mental yang kerap dibicarakan selama ini? Mungkin ada beberapa alasan dimana saya merasa perlu untuk mendalami kesehatan mental, diantaranya:
  1. Untuk mengetahui apakah diri saya sendiri sedang memiliki masalah dengan kesehatan mental
  2. Agar dapat menganalisa apabila diri saya berada di suatu titik kondisi mental yang mungkin sedang tidak baik-baik saja.
  3. Ingin menghasilkan output yang lebih baik setelah mempelajari kesehatan mental dan melakukan healing atas kondisi yang mungkin sedang saya alami.

Dipertemukan Dengan Ruang Pulih Untuk Mengenal Inner Child di Dalam Diri

Kesempatan dan tawaran yang datang tentu tidak akan saya sia-siakan. Saya pun mencoba mendaftar melalui mba Wiwin dan berharap sekiranya lulus sebagai salah satu blogger yang dipercaya dalam program Innerchild Healing Ambassador.

Alhamdulillah saya lolos dan menjadi satu dari 18 peserta blogger yang mengikuti parade Inner Child ini. Dipandu oleh Mba Intan Maria Lie sebagai seorang praktisi psikologi dan mas Adi Prayuda sebagai praktisi di Santhosa Emotional Healing Center sekaligus penulis buku Luka Perfoma Bahagia, maka menjadikan program ini wajib untuk saya dalami serta ambil semua pelajaran serta catatan penting dalam menghadapi inner child yang ada di dalam diri dan bisa jadi belum dapat saya kelola, hingga akhirnya menjadikan diri ini memiliki energi negatif yang mengganggu aktivitas keseharian.

Webinar pertama kali bertema Mengenali Inner Child, Menemukan Jati Diri yang diselenggarakan pada tanggal 15 Agustus 2021 dimana materi yang dibawakan oleh Dr. I Gusti Rai Wiguna atau yang akrab dipanggil dengan Dokter Rai seorang Psikiater dan Mas Adjie Santosoputro seorang praktisi Mindfulness.

Dalam webinar ini seperti menyadarkan saya bahwa bisa jadi kebingungan dalam mencari jati diri selama ini dikarenakan apa yang telah terjadi ketika kecil dan itu adalah inner child yang terbawa sampai saya dewasa saat ini. 

Banyak insight yang saya dapatkan dari dua orang pemateri yang sangat detail menjelaskan mengenai jati diri yang mungkin lama baru kita temukan dan sadari bisa saja dikarenakan tidak mengenali inner child. 

Insight Materi Dr. I Gusti Rai Wiguna

Dr. Rai menjelaskan bahwa emosi yang saat ini sedang kita tumpahkan kemungkinan bukan disebabkan oleh kejadian sekarang namun akumulasi dari luka masa lalu dan bertahun-tahun lamanya sementara kita baru meresponnya saat ini.

Hal tersebut tentu tidak bisa kita sadari seketika, namun butuh proses untuk menyadari bahwa ada yang "salah" pada diri kita. Sebaiknya ketika kita mengetahui ada yang "salah" dalam diri maka jangan menolak kenyataan tersebut.

Jika saya ingat-ingat bisa saja selama ini saya sibuk bekerja sampai lupa waktu demi mengalihkan perhatian dari rasa cemas, overthingking serta insecure yang menghinggapi diri sendiri.

Dr. Rai juga menjelaskan apabila kita mengalami inner child yang terluka sebaiknya jangan berpura-pura tidak mau tahu dan bahkan tak peduli, namun cobalah untuk menangkap "pesan" yang tersirat.

Saya merasakan inner child bersama orang tua sangat bahagia namun ada titik dimana Bapak meninggal dunia seakan kebahagiaan sirna seketika padahal tidak demikian. Saya merasa dengan kepergian Bapak menyebabkan hilangnya pondasi karena beliaulah tulang punggung keluarga selama ini.

Pemikiran seperti ini memang harus saya hilangkan karena berbicara kematian artinya sudah di luar kuasa kita. Sekarang saatnya saya move on dengan kenangan indah itu dan menjalani kehidupan sebagaimana mestinya. Tentu saja tidak lupa mendoakan almarhum Bapak yang sudah lebih dahulu dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Insight Materi Mas Adjie Santosoputro

Dengan penyampaian materi yang lugas, saya lebih dapat merasakan feel dari apa yang mas Adjie katakan soal inner child. Ada bagian kalimat dari beliau yang sangat saya suka
Orang tua tidak sepenuhnya salah dan kita tidak sepenuhnya benar

Bagi saya ketika kita mulai melihat inner child, jangan seolah-olah semua kesalahan ditumpahkan kepada orang tua. Saya yakin semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya meski itu bagi kita sangat menyakitkan.

Kembali lagi seperti yang disampaikan oleh Mas Adjie bahwa orang tua tidak sepenuhnya salah dan kita tidak sepenuhnya benar. Apabila ada emosi yang muncul akibat inner child maka hadapilah emosi itu dan jangan berusaha untuk melupakan apalagi menghindarinya.

Sebisa mungkin kita harus memiliki skill dalam mengelola kenangan masa lalu baik itu yang menyakitkan maupun membahagiakan. Respon dari inner child ada dua yaitu menolak dan menerima dan memang sebaiknya kita menerima atas apa yang telah dialami di masa kecil. 


Penutup

Dampak inner child pada setiap individu itu berbeda-beda ya gaes, dan tidak bisa disamaratakan. Cara penanggulangan emosi yang terjadi atas kenangan masa lalu pun berbeda pula. Dari sini saya bisa menggambarkan bagaimana selama ini mungkin saya belum bisa move on dari masa lalu yang membahagiakan.

Namun, life must go on dan itu berlaku juga untuk kalian semua. Saat ini saya mulai bisa memetakan jati diri yang sebenarnya berlandaskan dari pengalaman masa lalu. Bagaimana dengan Anda? Mari temukan jati diri dari inner child kita sekarang juga dan rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

 


Blogger Surabaya
Blogger Surabaya Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini menerima kerjasama Content Placement. Jika ingin bekerjasama silahkan hubungi via email mariatanjung7@gmail.com

4 komentar untuk "Mengenal Jati Diri Dari Inner Child"

  1. Aku pun merasakan Hal yang sama mbak, waktu Almarhum bapak meninggal rasanya dunia runtuh. Separuh hati ini hilang Dan Tak akan tergantikan sampai kapanpun

    BalasHapus
  2. Aku masih suka main game sampai sekarang, kayanya ini one child ya?

    BalasHapus
  3. Setiap orang akan senantiasa berdampingan dengan inner childnya ..hanya saja seiring berjalannya waktu sifat itu akan tersisihkan dan menjadi reasonable..

    BalasHapus